Mengajar
merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada
situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Mengajar memiliki unsur seni
yang harus dipahami agar penyampaian bahan ajar dapat dipahami dengan jelas
pembelajar. Sebagai pengajar yang kompeten, kita harus dapat mentransformasikan
bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan mengunakan media yang
relevan. Tanpa unsur seni maka mengajar oleh seorang pengajar tidaklah
dibutuhkan, karena akan lebih efektif apabila orang tersebut belajar sendiri
daripada belajar dengan 'media' guru tersebut. Tanpa seni mengajar,
guru tidak lebih berguna dari buku. lebih dari itu, terlibatnya dialog antara
murid dan seorang guru merupakan awal dari seni mengajar itu sendiri. Seni
yang dimaksud adalah pengarahan yang tepat oleh seorang pengajar untuk bahan
ajar yang dibawakannya proses pembelajaran.
Elliot
Eisner, seorang profesor pendidikan di Stanford, telah menyamakan aspek
artistik aktivitas pengajaran laksana konduktor sebuah simfoni. Sang guru,
seperti konduktor, menarik atas keterampilan repertoar dan proses orkestra yang
sangat kompleks. Eisner berpendapat, guru menampilkan diri jauh lebih seperti
seniman daripada ilmuwan. pengajaran melibatkan penilaian kompleks yang terbentang
sepanjang pengajaran itu sendiri. Guru harus mampu melakukan dan menangani
proses kreatif secara tidak terduga. Di dalam kegiatan mengajar, tidak ada
resep gagal-aman secara rutinitas. Aktivitas yang paling penting dari kegiatan
mengajar adalah mengelola peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses
pembelajaran.
Kegiatan
pembelajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik. Berbeda guru, berbeda
pula karakter dan gayanya. Keistimewaan adalah suatu kebajikan dan pembelajaran
yang sukses bertumpu pada karakter guru serta pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Seorang pengajar tidak hanya butuh pengetahuan akan dari bahan
ajarnya, akan tetapi tuntutannya lebih dari itu. Pengajar sebagai seorang guru
haruslah menyampaikan bahan ajar dengan presisi yang tepat demi kepentingan
pembelajaran. Terlibatnya dialog antara guru dan murid merupakan titik awal
dari seni itu sendiri. Dengan dialog guru jelas berbeda dengan buku. Guru
bukanlah 'media' yang pasif. Guru dapat memotivasi pelajar demi
tujuan pembelajaran. Guru dapat mengekspresikan seni mengajarnya sesuai dengan
tujuan seni itu sendiri. Tujuan guru mengajar adalah mentransformasikan
pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan pewarnaan nilai pada siswa,
tetapi tidak indentik dengan tujuan dalam diri siswa sendiri. Tujuan seni dalam
mengajar tidak sekedar memaksimalkan potensi efektifitas dan efisiensi dalam
pembelajaran, melainkan juga membina seorang guru menjadi pendidik bukan
sekedar pengajar.
Ilmu
mengajar itu sendiri pun merupakan hasil dari proses belajar. Pengembangan ilmu
mengajar dapat diperoleh kapan pun, baik secara individual, kelompok maupun
lembaga yang melatih ilmu mengajar. Dalam pengajaran yang diberikan seorang
guru akan menemui beragam siswa dengan tingkah laku, tingkat kematangan emosi,
intelegensi, dan latar belakang yang berbeda. Semakin beragam siswa yang
dihadapi seorang pengajar, setidaknya ia akan sadar bahwa dibutuhkan
fleksibilitas dalam menghadapi maupun memberikan pengajaran kepada
murid-muridnya. Dan seiring dengan pengalaman yang didapatkan, seorang guru
tidak dapat disebut lagi sebagai seorang pengajar. ya, tepatnya seorang
pendidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar