Kelompok 11
Sinopsis Film
Kinky Boots adalah film
yang berkisah mengenai Charlie Price yang berjuang untuk membangun pabrik
sepatunya setelah ayahnya meninggal dunia. Charlie menyadari sepeninggal
ayahnya pabrik sepatu miliknya mengalami kemunduran dan hampir bangkrut.
Charlie mulai putus asa dengan keadaan pabriknya. Akhirnya Charlie memutuskan
untuk berbicara pada setiap karyawan bahwa dirinya tidak mampu berbuat
apa-apa lagi pada pabriknya. Sampai akhirnya salah satu karyawannya, Lauren
memberi semangat agar dirinya tidak langsung menyerah.
Pada suatu malam Charlie
bertemu dengan seorang waria bernama Lola. Singkat cerita Lola menginspirasi
Charlie untuk membuat sepatu khusus waria. Dibantu oleh Lauren, Charlie
berhasil membujuk Lola untuk membantunya membangkitkan pabriknya yang hampir
bangkrut. Lola menjadi perancang untuk sepatu-sepatu yang dibuat pabrik
Charlie. Dalam usaha pembangkitan pabrik sepatu Price tidaklah berjalan dengan
mudah karena Charlie mengalami banyak hambatan, mulai dari meyakinkan para
karyawan sampai masalah dengan tunangannya. Namun semua usaha Charlie tidaklah
sia-sia karena pada akhirnya Charlie mampu membawa pabriknya bangkit kembali.
Pembahasan :
Berdasarkan hasil diskusi
kelompok kami mengenai cerita dari film "Kinky Boots", film ini dapat
dikaitkan dengan teori yang disampaikan oleh Thorndike yaitu hukum belajar.
Pertama, hukum efek yang menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah
respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat. Hal
ini dapat dilihat ketika Lola menolak sepatu buatan Charlie pertama kali, namun
Charlie tidak menyerah dan mencoba untuk membuatnya lagi. Hukum yang kedua
yaitu hukum latihan yang menyatakan bahwa perulangan dari pengalaman akan
meningkatkan respon yang benar. Berbagai usaha dilakukan Charlie untuk
membangkitkan pabriknya lagi, dia tidak putus asa dan terus mengulang
usahanya sehingga dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Hukum yang terakhir
yaitu hukum kesiapan yang mendeskripsikan kondisi yang mengatur keadaan yang
disebut sebagai "memuaskan" atau "menjengkelkan". Lola
sempat tidak mau membantu Charlie dan membuat Charlie menjadi jengkel namun
Charlie menanggapinya dengan tenang hingga akhirnya Lola mau membantu Charlie.
Teori belajar awal Gestalt
juga dapat digunakan untuk membahas film ini, yaitu pada salah satu asumsi
Gestalt organisme merespon "keseluruhan sensoris yang tersegregasi"
atau gestalten ketimbang pada stimuli spesifik atau kejadian yang terpisah atau
independen. Jika dikaitkan dengan film tadi asumsi itu dapat dilihat dalam
tokoh Charlie yang di hadapkan pada sebuah situasi yang sulit, dimulai dari
kematian sang ayah, tanggung jawabnya terhadap pabrik dan karyawan, sampai
masalah pertunangannya. Dalam kondisi terpuruk seperti itu Charlie
melihat situasi itu sebagai satu kesatuan yang mengarahkannya pada
keadaan terpuruk dan putus asa.
Selain asumsi kedua, film ini
juga dapat dikaitkan dengan asumsi keempat dari teori Gestalt yaitu mengenai
interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan di dalam struktur yang memengaruhi
persepsi individu. Hal yang terkait dengan asumsi itu adalah adegan ketika
Lauren memberi kata-kata semangat yang memengaruhi pikiran Charlie untuk tidak
terlalu cepat mengambil keputusan menutup pabriknya.
Berdasarkan pembahasan diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan dapat memengaruhi individu, proses
belajar yang terus menerus juga dapat memunculkan respon yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar