Senin, 31 Maret 2014

Seni dan Ilmu Mengajar






Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Mengajar memiliki unsur seni yang harus dipahami agar penyampaian bahan ajar dapat dipahami dengan jelas pembelajar. Sebagai pengajar yang kompeten, kita harus dapat mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan mengunakan media yang relevan. Tanpa unsur seni maka mengajar oleh seorang pengajar tidaklah dibutuhkan, karena akan lebih efektif apabila orang tersebut belajar sendiri daripada belajar dengan 'media' guru tersebut. Tanpa seni mengajar, guru tidak lebih berguna dari buku. lebih dari itu, terlibatnya dialog antara murid dan seorang guru merupakan awal dari seni mengajar itu sendiri. Seni yang dimaksud adalah pengarahan yang tepat oleh seorang pengajar untuk bahan ajar yang dibawakannya proses pembelajaran. 

Elliot Eisner, seorang profesor pendidikan di Stanford, telah menyamakan aspek artistik aktivitas pengajaran laksana konduktor sebuah simfoni. Sang guru, seperti konduktor, menarik atas keterampilan repertoar dan proses orkestra yang sangat kompleks. Eisner berpendapat, guru menampilkan diri jauh lebih seperti seniman daripada ilmuwan. pengajaran melibatkan penilaian kompleks yang terbentang sepanjang pengajaran itu sendiri. Guru harus mampu melakukan dan menangani proses kreatif secara tidak terduga. Di dalam kegiatan mengajar, tidak ada resep gagal-aman secara rutinitas. Aktivitas yang paling penting dari kegiatan mengajar adalah mengelola peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran.

            Kegiatan pembelajaran yang baik menuntut kehadiran guru yang baik. Berbeda guru, berbeda pula karakter dan gayanya. Keistimewaan adalah suatu kebajikan dan pembelajaran yang sukses bertumpu pada karakter guru serta pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Seorang pengajar tidak hanya butuh pengetahuan akan dari bahan ajarnya, akan tetapi tuntutannya lebih dari itu. Pengajar sebagai seorang guru haruslah menyampaikan bahan ajar dengan presisi yang tepat demi kepentingan pembelajaran. Terlibatnya dialog antara guru dan murid merupakan titik awal dari seni itu sendiri. Dengan dialog guru jelas berbeda dengan buku. Guru bukanlah 'media' yang pasif. Guru dapat memotivasi pelajar demi tujuan pembelajaran. Guru dapat mengekspresikan seni mengajarnya sesuai dengan tujuan seni itu sendiri. Tujuan guru mengajar adalah mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan pewarnaan nilai pada siswa, tetapi tidak indentik dengan tujuan dalam diri siswa sendiri. Tujuan seni dalam mengajar tidak sekedar memaksimalkan potensi efektifitas dan efisiensi dalam pembelajaran, melainkan juga membina seorang guru menjadi pendidik bukan sekedar pengajar.

Ilmu mengajar itu sendiri pun merupakan hasil dari proses belajar. Pengembangan ilmu mengajar dapat diperoleh kapan pun, baik secara individual, kelompok maupun lembaga yang melatih ilmu mengajar. Dalam pengajaran yang diberikan seorang guru akan menemui beragam siswa dengan tingkah laku, tingkat kematangan emosi, intelegensi, dan latar belakang yang berbeda. Semakin beragam siswa yang dihadapi seorang pengajar, setidaknya ia akan sadar bahwa dibutuhkan fleksibilitas dalam menghadapi maupun memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Dan seiring dengan pengalaman yang didapatkan, seorang guru tidak dapat disebut lagi sebagai seorang pengajar. ya, tepatnya seorang pendidik.