Rabu, 16 Februari 2011

Apa Saja Yang Menjadi Pokok-Pokok Primer Didalam Sumber Kehidupan ?

Fenomena perkembangan zaman disetiap sektor kehidupan sudah tidak dapat terbendung lagi. Terlebih lagi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin meluas dengan berbagai inovasi-inovasi baru. Suatu gambaran jelas yang takkan mampu lagi untuk dibendung dan disangkal lagi bahwa teknologi sudah merasuki nadi-nadi kehidupan, bahkan menjadi pokok primer didalam sumber kehidupan.
adapun di antara nya :
Teknologi informasi itu sendiri adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar. Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer. Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer yang terhubung diseluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses siapa saja, termasuk peserta didik.
  • Teknologi dan Pendidikan
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dibarengi dengan berbagai perkembangan lain, salah satunya adalah perkembangan di dunia pendidikan. Ketika dunia harus menuntut penggunaan teknologi sebagai sistem kehidupan, maka suatu sistem pendidikan juga harus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang memang sudah memasuki era teknologi, dimana semua sektor dapat dijangkau olehnya.
Pembicaraan tidak hanya terhenti dikata “berkembang” dan “penyesuaian”, namun dapat diartikan lebih luas dengan “berseni”. Dunia pendidikan juga mampu menciptakan suatu karya seni. Kesenian yang mampu mengobrak-abrik galeri ilmu serta informasi yang ada didalam jaringan internet, untuk dituangkan kedalam hasil suatu pembelajaran. Kesenian yang positif yang mampu mengembangkan anak didik ke arah yang lebih positif tanpa mengurangi nilai dari pendidikan itu sendiri.
Paradigma sistem pendidikan yang semula berbasis tradisional dengan mengandalkan tatap muka, beralih menjadi sistem pendidikan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dengan sentuhan teknologi informasi khususnya dunia cyber (maya).
Sistem pendidikan yang berbasis dunia cyber yang dimaksudkan disebut dengan istilah e-learning, yaitu suatu kesenian baru yang berwujud sistem pembelajaran di dunia pendidikan. E-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. E-learning merupakan suatu proses pembelajaran yang dilakukan melalui network (jaringan).
Ini berarti, dengan e-learning memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada peserta didik menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi berupa komputer dan jaringan internet atau intranet. Dengan e-learning, berarti bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, melalui jalur mana saja, dan dengan kecepatan akses apapun. Proses pembelajaran berlangsung efisien dan efektif.
Ubiquitous computing merupakan suatu gambaran masa depan yang merujuk kepada personal, dimana para peserta didik sudah selayaknya menerima kenyataan bahwasannya di zaman ini kita memasuki era komputer pribadi dimana satu orang memiliki satu komputer. Ubiquitous adalah kebalikan dari realitas virtual, yang menempatkan orang di dalam dunia yang diciptakan komputer. Ubiquitous computing akan memaksa komputer untuk eksis didunia manusia dan menekankan pada distribusi ke lingkungan, dibandingkan ke personal. Dalam lingkungan ini, teknologi akan menjadi background dan saksi mata lahirnya generasi baru di dunia, termasuklah dunia.
Berdasarkan penjabaran diatas, sudah jelas terlihat bahwa e-learning­ akan jauh lebih berkembang ketika ubiquitous computing diterapkan kedalam proses pembelajaran. Efisiensi pembelajaran pun akan lebih terlihat. Misalnya saja, setiap peserta didik sudah memiliki Personal Computer (PC). Sudah pasti hambatan pada e-learning akan diminimalisir walaupun tidak hilang 100%. Karena mungkin saja bisa terganggu oleh gangguan teknis seperti gangguan sinyal internet.
Namun terlepas dari gangguan tersebut, proses pembelajaran akan lebih terarah, baik dari pengajar maupun peserta didik. Karena peserta didik akan lebih mudah dalam pelaksanaannya terhadap tugas yang diberikan, dan pengajar pun tidak terlalu repot harus menulis di papan tulis. Cukup unggah di blog atau email, maka peserta didik sudah bisa mendapat materi dan bahan pembelajaran. Begitu juga dengan pengerjaannya, peserta didik dapat membuat tugas dimanapun dan kapanpun, dan tidak harus repot pergi ke warung internet (warnet), karena sudah memilik PC.
Meskipun demikian, saat ini perlakuan ubiquitous computing belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama membuka lebih lebar cakrawala berpikir, agar suatu bangsa lebih maju dan mampu bersaing di dunia, sehingga kesenian yang dihasilkan melalui penggabungan teknologi dan pendidikan ini dapat diwujudkan.
Tidak ada salahnya suatu kesenian itu diperkenalkan, karena kesenian itu adalah sesuatu yang indah. Dan keindahan itu tidak hanya terlihat dari lukisan dan pemandangan, namun juga dapat berupa peningkatan dalam sistem pembelajaran. Bukankah suatu keindahan itu berhak untuk dinikmati…??.
Maka nikmatilah proses pembelajaran di dalam diri, senikmat memandang suatu karya seni yang indah.

Daftar pustaka :
Santrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Munir, M.IT. 2008, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar